setahun di tanah Maluku

Ambon | 11 Desember 2010 | 05:42:33

Bulan ini, tepatnya 9 desember tahun lalu... Pertama kalinya menginjakkan kaki di Tanah Maluku

14 hari - tour De Java

mungkin ada yg bertanya, modibackpacker...?? apanya backpacker tuh?? cabang baru?? atau...?? hmm...mungkin kalo ada yg tahu modipala, ya bisa di bilang ini adalah cabangnya *baru2 aja dibentuk. hehehe...yah lagi-lagi terlintas ide gila dari teman2 untuk melakukan suatu perjalanan wisata ala backpacker namun menyenangkan...dan tentu saja tidak terlalu butuh perencenaan yg baik *lagi2 modipala, "begitu nekat, begitu nayata.

Alhamdulillah bacpacker kali ini berjalan dengan baik, begitu banyak tempat di pulau jawa yg saya kunjungi. mulai dari jakarta sampai jawa timur *sayang nih, banten ngga dilewati soalnya jalurnya yg ngga searah, sapa suruh ada di ujung. :p

hari pertama... 07.08.09
Makassar - Jakarta - Bandung
Berangkat malam dengan formasi 3 orang *saya, atze, dan beckha. Dari jakarta ketemu Lalla dan yayach sama-sama ke Bandung. Tiba di pondokan betah jam 3 pagi ketemu sama Sety.

hari kedua... 08.08.09
Bandung, Jalan2 ke daerah dago. mengunjungi goa Jepang di dago Pakar, pulangnya singgah di BIP (Bandung Indah Plaza), dari BIP lanjut ke Pharayangan Plaza (pusat grosir pakaian) trus sorenya jalan kaki ke Alun-alun tepatnya di mesjid Agung Bandung. malamnya ke mall PVJ (Paris Van Java)

hari ketiga... 09.08.09
Bandung, ke Gedung Sate, trus ke BSM (Bandung Super Mall) ngantar aztar yang harus balik Ke Makassar karena seninnya dia sudah harus masuk kantor. Lanjut lagi Ke bandara ngantar sety yg juga harus balik ke batam juga karena harus masuk kantor hari senin. dari bandara makan surabi di daerah setiabudi.

hari keempat... 10.08.09
Bandung, ke kawasan Suci (sentra industri kaos) daerah cicaheum, lanjut ke pusat Distro di Jl. Trunojoyo sekitar daerah Dago. disini ketemu sama miyu. lanjut lagi ke taravel cipaganti di BTC (Bandung Trade Center) ngantar yayach dan lalla, mereka mau ke Jakarta.

hari kelima... 11.08.09
Bandung, ke daerah Pasar baru (pusat bahan/ kain kaos), lanjut makan Surabi trus ke BIP nonton G.I J.O.E di 21

hari keenam... 12.08.09
Bandung, ke toko Eiger trus lanjut ke Ciwalk nonton Merantau di XXI

hari ketujuh... 13.08.09
Bandung - Lembang, Ke Tangkuban Perahu. Pulangnya mampir di Industri kaos di jalan cihampelas. trus lanjut ke PVJ :)

hari kedelapan... 14.08.09
Bandung, ke warkop maharatu trus ke Teminal Cicaheum beli tiket bus. setelah dapat tiket makan surabi dulu trus balik lagi keterminal...
Meninggalkan bandung menuju semarang naik Bus Rajawali

hari kesembilan... 15.08.09
Semarang - Ungaran, akhirnya sampai juga terus lanjut ke Ungaran ditempatnya Ninu'. siangnya ke Lawang Sewu terus lanjut ke DP mall. dari DP mall lanjut ke Masji Agung *naik tower melihat pemandangan kota semarang dari atas*. lanjut lagi ke daerah simpang lima, ke Citra mall makan malam di Kedai Yu Sri *Nasi pece Recomennded!!*. terakhir sebelum balik untuk istirahat kita mampir di daerah Gombel tepatnya di cafe Panorama *recomended place, view malam kota Semarang dari atas*

hari kesepuluh... 16.08.09
Ungaran - Semarang, ke air terjun Semirang di daerah Ungaran. malamnya ke Citra mall di semarang nonton MERAH PUTIH di 21.

hari kesebelas... 17.08.09
Ungaran - Bawen, ke Kampoeng Kopi Banaran *recomennded Place* trus lanjut ke Boyolali

hari keduabelas... 18.08.09
Boyolali - Magelang - Jogja, main flying fox dikawasan Cepogo trus lanjut ke Ketel Pass di desa ketep menerawang keindahan gungng Merapi dan gunung Merbabu. Lanjut makan siang di warung spesial sambel didaerah magelang. Usai makan lanjut ke CANDI BOROBUDUR di Magelang. dari candi Borobudur lanjut ke JOGJA.. di jogja, jalan2 ke Malioboro dan ke alun-alun kidul keraton Jogja buat coba menembus Pohon Beringin kembar dimalam hari.

hari ketigabelas... 19.08.09
Boyolali - Solo - Surabaya. Kepusat Batik di Solo, trus beli Srabi solo dan lanjut ke Stasiun kereta Api untuk melanjutkan perjalanan ke Surabaya. tiba malam nginap di daerah Sedati (dekat bandara Juanda surabaya)

hari keempatbelas... 20.08.09
Surabaya - balikpapan. Paginya beckha balik ke jakarta. berhubung saya baliknya Sore, jadi jalan-jalan dulu Ke tunjungan Plaza trus lanjut ke Monumen tugu Pahlawan. Sorenya balik ke Balikpapan.

wew... 14 hari modibackpacker tour De java

thanks to: Atze, Beckha, Lalla, Yayach, Sety, rheny, Mamo, Aima dan temannya :D, miyu, Ninu, Yoshi, K' Luke, Yoshi, Mina, Nunu, Cici, k Anto & mirza *keluaraganya Beckha, illa, mas adhie, dan semua pihak yg telah banyak membantu :)

Kotabaru gunungnya bamega

Beberapa bulan yang lalu tepatnya pertengahan bulam Mei 2008, saya pekerjaan di Batulicin – Kotabaru untuk melakukan troubleshooting perangkat perusahaan tempatku bekerja yang digunakan oleh salah satu vendor telekomunikasi di Indonesia. Awalnya sempat berpikir untuk kesana mengingat perjalanan yang akan ditempuh memakan waktu sekitar 6 jam perjalanan darat dari kota Banjarmasin. Belum lagi kondisi jalan yang sangat tidak bersahabat. Sekitar 3 jam perjalanan pertama, kita akan mendapati jalan yang masih bagus namun setelahnya yakni didaerah Satui atau Sei Danau jalan yang akan dilalui masih dalam tahap perbaikan sehingga masih banyak jalan rusak. Ada baiknya jika ingin istirahat dimobil maka tidurlah pada 3 jam pertama setelah itu beriap-siaplah akan guncangan yang akan didapati. Sepertinya situasi seperti ini dihindari bagi orang yang mudah mengalami mual atau muntah ketika melakukan perjalanan darat dan menempuh jarak yang panjang.

Seperti perjalanananku sebelumnya, kami bertolak dari banjarmasin menuju Batulicin sekitar jam 10 malam. Hal ini kami lakukan agar sampai di Batulicin pada waktu shubuh, jadi kami dapat melanjutkan pekerjaan pada pagi harinya. Yah..agak melelahkan memang, namun kami harus mengefisienkan waktu. Belum lagi kami harus menyebrang menggunakan kapal feri ke Kotabaru yang akan menyita waktu kami untuk menunggu, mengantri :(.

Batulicin
Pukul 3 pagi kami sudah tiba di Batulicin, hmm…driver yang membawaku sepertinya sudah menguasai jalan, kami sampai sejam lebih awal. Kami langsung mencari penginapan karena mata kami sudah terasa berat. Beberapa Hotel yang ada di Batulicin sepertinya sudah penuh, kami masih berkeliling mencari hotel yang masih tersedia kamar kosong. Hotel Dewi, walaupun berkelas melati namun hanya hotel ini yang masih tersisa beberapa kamar kosong. Akhirnya kami pilih yang sesuai dengan harga standar kantor (kalo kelas Melati sih, jelas kamar yang VIP nih…hehehe).

Belum puas mata ini terpejam, HP ini berbunyi. Sebuah panggilan masuk yang datangnya dari Banjarmasin. Salah satu enjiner operator telekomunikasi menghubungiku pagi-pagi padahal ini masih jam 5 pagi. Hmm..ku acuhkan saja telponnya, silent mode-kan dan kembali tidur. Orang ini tak habis akal, gagal menghubungiku rupanya ia menghubungi driverku. Ia membangunkanku karena katanya ada perihal penting. Akhirnya dengan terpaksa saya meladeni panggilannya. “BTS di Kotabaru mati, segera kesana untuk menanganinya” suara memohon keluar dari handphone yang sedang ku pegang. “ok, setelah sholat shubuh kami kesana” pintaku. Setelah sholat kami bergegas kepelabuhan untuk meyebrang ke Kotabaru. Wah…ada yang aneh disini, pelabuhan masih kosong dengan kendaraan yang akan menyebrang. Disisi dermaga juga terlihat enjiner kapal masih sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Seseorang petugas pelabuhan mengatakan bahwa pelabuhan ini beroperasi paling cepat jam 7 pagi. Ya elah... sekarang masih jam 6 pagi, kami masih punya waktu sejam lagi. Padahal kami belum menikmati makan pagi dari hotel. Akhirnya kami singgah sejenak di warung untuk menyantap nasi kuning.



Lewat Pukul 7 kami kembali kepelabuhan. Ternyata sudah banyak kendaraan yang mengantri untuk menyebrang. Sial, sepertinya kami akan berangkat pada sesi kedua, itu berarti kami harus menunggu kapal yang satunya yang datang dari pelabuhan Kotabaru. Sembari menunggu saya pun tertidur didalam mobil.

Kotabaru
Kotabaru gunungnya Bamega
Bamega umbak manampur di sala karang
Umbak manampur di sala karang
Batamu lawanlah adinda
Adinda iman di dada rasa malayang
Iman di dada rasa malayang
Pisang silat tanamlah babaris
Babaris tabang pang bamban kuhalangakan
Tabang pang bamban kuhalangakan
Bahalat gununglah babaris
Babaris hatiku dandam kusalangakan
Hatiku dandam kusalangakan
Burung binti batiti di batang
Di batang si batang buluh kuning manggading
Si batang buluh kuning manggading
Kacilangan lampulah di kapal
Di kapal anak Walanda main komidi
Anak Walanda main komidi
Malam tadi bamimpilah datang
Rasa datang rasa bapaluk lawan si ading
Rasa bapaluk lawan si ading
Kasiangan guringlah sabantal
Sabantal tangan ka dada hidung ka pipi
Tangan ka dada hidung ka pipi

Itulah sepenggal lagu yang menggambarkan Kotabaru. Lagu yang berirama melayu ini dulunya pernah tenar. Namun selama di Kotabaru, sy tidak lagi pernah mendengar lagu ini didendangkan. Hanya saja sy mengingat lagu ini tatkala menginjakkan kaki di Pulau Laut dimana kota Kotabaru berada.

Pukul 10 pagi, kapal feri yang membawa kami akhirnya merapat di Pulau Laut tepatnya didaerah Sei Pasir. Kami harus melanjutkan perjalanan darat sekitar satu jam untuk mencapai kota Kotabaru. Selama Perjalanan kami selalu dihubungi oleh pihak operator. Mau bagaimana lagi, waktu menunggu kami yang menghambatkami cepat sampai kesite. “ini sudah lebih dari 4 jam matinya, harus segera ditangani” ucapnya. “ok, pak! Kami segera meluncur ke TKP ;)” jawabku dengan nada santai. Mendengar pembicaraan kami, sang driver pun menancap gas mobil. Kendaraan kami pun melesat cepat menuju Kotabaru. Pukul 11 kurang 45 menit kami sudah tiba di site. Saya masuk dan mengamati perangkat didalamnya. Hmm..rupanya bukan karena perangkatnya yang terjadi gangguan namun didaerah sini sedang mengalamai pemadaman listrik bergilir dan menurut info dari masyarakat setempat, pemadaman mulai jam 11 semalam tadi dan sampai saat ini belum menyala. Pemadaman listrik didaerah ini cukup parah, bagaimana tidak mennurut penuturan warga setempat pemadaman listrik biasanya berlangusng lama. Paling cepat mencapai sekitar 5 jam dan paling lama seharian. Hmm…wajar saja BTSnya mati dari tadi subuh hal ini dikarenakan batre untuk membackup sudah habis kemampuan mensuplainya yakni sekitar 5 jam. Kalo sudah begini tidak ada jalan lain kecuali menggunakan generator atau genset. Tapi kami tidak membawanya dan itu bukan bagian dari pekerjaanku :D. Orang-orang operator akhirnya mengerti dan menerima alasannya, hanya saja dia memintaku untuk membuat surat pernyataan dari PLN Kotabaru bahwa didaerah setempat telah mengalamai pemadaman listrik selama berjam-jam. It’s okay!!

Setelah urusan selesai kami menuju daerah Berangas yag berada disebelah utara kotabaru atau sekitar 1 jam perjalanan dari Kotabaru untuk mengambil beberapa perangkat yang akan kami digunakan untuk pekerjaan troubleshooting di site Batulicin.

Pantai Sarangtiung
Sepanjang jalan menuju Berangas dari Kotabaru kita akan melewati pinggiran pantai. Salah satu objek wisata di Pulau Laut adalah Pantai Sarangtiung yang berjarak sekitar 10 km dari Kotabaru. Dan pantai ini akan kita lewati ketika menuju Berangas. Pantai indah ini menyajikan pemandangan yang tidak kalah asiknya dengan pantai-pantai lain. Pantai ini juga terlihat masih alami dan bersih. Tak jarang orang-orang dari banjarmasin dan batulicin menyempatkan waktu mereka diakhir pekan untuk mengunjungi pantai ini.



Karena keburu waktu kami hanya mampir setelah dari Berangas disalah satu pinggiran pantai Sarangtiung, mask daerah ini tidak dikenakan biaya karena terletak tepat dipinggir jalan. Kami pun berhenti sejenak untuk mengabadikan beberapa keindahan pantai sarangtiung. Sebenarnya ada yang lebih bagus lagi, sekitar 500 m dari tempat kami mengambil gambar yang ramai didatangi oleh para wisatawan. Masuk kedaerah pantai ini dikenakan biaya oleh masyarakat setempat, biaya parkir dan biaya administrasi untuk kepentingan pantai juga tentunya. Mengabadikan pinggiran pantai yang kami singgahi ini sudah cukup bagiku, belum lagi diburu waktu lantaran harus menyelesaikan pekerjaan di Batulicin (yah…harus sesuai progress).

Paggilan dari HPku kembali terdengar, lagi-lagi dari enjiner operator. Listrik sudah menyala di site Kotabaru hanya saja masih ada beberapa masalah disana. Terpaksa kami harus menyelasikan dulu berhubung kami masih berada di Kotabaru, Pulau laut Rupanya pekerjaan ini memerlukan banyak waktu, sampai sore kami harus melakukan trobleshoting ini. Karena sudah sore, terpaksa pekerjaan di Batulicin akan kami laksanakan besok dan kami menunggu jangan sampai terjadi gangguan lagi di site Kotabaru. Kami menunggunya di pinggiran laut Kotabaru, g dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Pantai Siring.

Pantai Siring.
Pantai ini berada dipusat kota tepat didepan kantor Bupati Kotabaru. Tempat ini ramai dipenuhi masyarakat kotabaru sebagai tempat berkumpul atau melepas lelah sejenak. Anak muda Kotabaru pun memanfaatkan tempat ini sebagai tempat tongkrongan mereka. Berbagai jajanan pun banyak tersedia disini, hanya saja harga yang ditawarkan lumayan menguras isi dompet. Jadi harus pintar menghemat bila mencoba wisata kuliner disini keculai jika kalian memilki persediaan yang tebal didalam dompet :p. makanan yang disuguhkan kebanyakan masakan sari laut dan beberapa jajanan pasar pada umumnya. Kami hanya menikmati es kelapa muda yang menjadi minuman favoritku sembari menikmati matahari sore hari yang mulai meredup. Sungguh indah. Sekali lagi, momen cantik ini sy abadikan dgn camdig kepunyaan kantor :D.



Lepas maghrib dan makan malam, kami pun beranjak menuju pelabuhan untuk kembali menyebrang menuju Batulicin. Sesampai didaerah pelabuhan, rupanya antrian panjang sedang terjadi. kami dapat antrian diluar pelabuhan. Wajar saja, pada hari itu adalah hari jumat yang kebanyakan pendatang mulai kembali pulang. Membludaknya calon penumpang juga diakaibatkan karena kapal feri yang tersedia juga berkurang. Yang biasanya berjumlah 3 buah, kini hanya tinggal 2 saja. Yang satu sedang dalam perawatan di Surabaya. Hmm..sepertinya ini menja waktu yang panjang untuk menunggu. Pukul 9 malam kami belum masuk ke dalam parkiran pelabuhan, kami masih menunggu. Setalh jam 10 akhirnya kami sudah masuk dan masih tetap mengantri di parkiran untuk menyebrang. Kapal feri silih berganti berdatangan, namun kendaraan kami tak kunjung disuruh naik kekapal lantaran masih banyaknya antrian kendaraan didepan kami.

Waktu menunjukkan pukul 1 dini hari, sepertinya kendaraan kami akan dapat giliran masuk kekapal feri. Saya sempat tertidur. Kebisingan suara truk didepan kami memaksaku untuk membuka mata. Hmm..akhirnya kami bias menyebrang. Namun, petugas pelabuhan mengumumkan bahwa pengoperasian kapal feri akan dilanjutkan besok, berhubung sudah jam 1 lewat dan mereka juga harus beristirahat. Hmm…tidak profesional pikirku. Hmm..tidak apa-apa, kali ini kami yang mengalah. Saya memperbaiki kursi didalam mobil dan membuat senyaman mungkin untuk kembali tidur. Malam ini menjadi malam yang panjang, seharusnya kami tidur dikasur hotel yang empuk harus rela tidur dikursi mobil. Inilah tuntutan pekerjaan. Selama menikmatinya ya jalanai saja :D.

Pukul 7 pagi kahirnya kapal pertama dating. Setelah membongkar muatan akhirnya kami dipersilahkan masuk kedalam kapal. Namun saya tetap berada didalam mobil selama kapal menyeberangi lautan. Kembali tidur (:.

Kami tiba di Batulicin pukul 8 lewat. Kami langsung menuju Hotel yang telah kami pesan sebelumnya. Sampai-sampai orang hotel berkata “sayang sekali, sudah pesan Hotel dengan kamar VIP namun tidak ditempati juga”. Ya…saya langsung membaringkan badan ini kepembaringan yang empuk. Kembali tidur. Puas tidur selama kurang lebih 1 jam, saya bergegas mempersiapkan diri untuk kembali bekerja. Setelah sarapan pagi yang disediakan oleh hotel, kami langsung check out dan menuju site batulicin karena setelah urusan selesai kami langsung cabut menuju banjarmasin.

Diluar dugaan pekerjaan kami di Batulicin hanya memakan waktu setangah jam saja. Takut kenapa-kenapa kami menunggu sampai siang. Setelah berkomunikasi dengan enjiner yang berada di ruang control di Banjarmasin, sudah dipastikan bahwa “PROBLEM SOLVED..!!”. akhirnya kami bisa kembali ke Banjarmasin. Setelah makan siang, sekali lagi saya pastikan dengan berkomunikasi dengan enjiner di ruang kontrol bahwa masalah sudah benar-benar aman. Dan akhirnya kami langsung cabut menuju Banjarmasin.


Minggu - 16 November 2008,
Panas yang menyengat kota Banjarmasin membuat kami para penghuni kost2an Arjuna agak sedikit gerah. Tinggal dikost2an dengan suhu yg lumayan panasnya terpaksa membuat kami mau tidak mau harus meninggalkan kost2an. siang itu, sebenarnya langit tidak begitu cerah bahkan masih ada segumpalan awan yg menghiasai atap Banjarmasin apalagi semalam sebelumnya kota yg berjuluk kota seribu sungai ini diguyur hujan. hmm... akhir2 ini agak aneh memang 'iklim' di Banjarmasin. sehari saja, 2 musim datang silih berganti. Pagi hujan deras, siangnya panas minta ampun.

Setelah sukses meminjam kendaraan kantor, akhirnya kami berencana untuk 'pergi' dari Banjarmasin, mencari suasana yg adem. karena mobilnya dipinjam pada minggu siang, jd kami mencari tempat yg tidak begitu jauh dr kota Banjarmasin. sebuah tempat yg pernah kudatangi, sepertinya hanya ini tempat yg bagus...

wisata waduk Riam Kanan diDesa Aranio, Kabupaten Banjar - Kalsel.
tempatnya tidak begitu jauh, dari kota Banjarbaru hanya sekitar 26 Km jarak yang harus di tempuh. sedangkan Banjarmasin - Banjarbaru ditempuh kurang lebih 25 Km. setalah mendapati simpang empat bundaran Banjarbaru, jalur lurus yg kita ambil (jalur kiri menuju Martapura sedangkan jalur kanan ke arah Pleihari). Sepanjang jalan menuju desa Aranio kita akan mendapati pemandangan pegunungan. yang pasti lebih sejuk bila dibandingkan kota Banjarmasin. hanya saja jalan menuju desa Aranio masih dalan tahap perbaikan, belum lagi ditambah adanya mobil truk pengangkut tanah dan batu gunung yang membuat kita harus berhati-hati. Sebelum Desa Aranio, kita juga akan mendapati Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Air. Tak heran jika waduk Riam Kanan ini digunakan sebagai potensi pembangkit listrik yg juga memasok listrik di area kalselteng.



Pulau Pinus I
Setelah sampai di desa Aranio, kita di haruskan membayar biaya retribusi sebesar Rp. 3000,- (ini agak aneh, padahal kunjungan yg pertamaku tidak dikenakan biaya masuk desa Aranio...ya..gpp lah, smoga hasil pungutannya digunkan dgn sebaik-baiknya :) ). setelah memarkirkan kendaraan, kami menuju dermaga untuk mencari perahu sewaan yang akan membawa kami menuju Pulau Pinus I. Dsini dibutuhkan trik untuk melobi harga perhau sewaan. harga pertama yg diberikan oleh penyewa perahu adalah sebesar Rp. 100.000,- untuk jalur pulang pergi. karena teman yg kami bawa ada yg 'asli' org banjar, jadi kita manfaatkan sebagai sang negosiator. akhirnya kami dapat harga pas 80 ribu untuk 7 orang PP. (kunjungan yang pertama hanya sebesar Rp. 70.000,- untuk 9 org PP. mungkin karena BBM naik, makanya harga juga jadi naik:p).

akhirnya perahu kami pun berlabuh dr dermaga desa menuju Pulau Pinus I. jaraknya kurang lebih 1 km. sekitar 15 - 20 menit akhirnya perahu yang kami tumpangi bersandar di 'pelabuhan' kecil pulau pinus.

pulau yang tidak begitu luas namun sesuai namanya "Pulau Pinus", pulau ini memang terdapat pohon pinus yg tumbuh subur didalamnya. hutan pinus mini. dikawasan ini berdiri 2 tenda kecil yg didirikan oleh pedagang yg mendiami pulau sekitarr pulau pinus. Tenda ini kami gunakan untuk melepas lelah sejenak sambil menikmati teh bertabur es (se teh maksudnya...) dan beberapa makan ringan, selain itu interaksi dengan Ibu penjual pun begitu sengitnya, mulai dr pertanyaan keberadaan pulau sampai anak gadis ibu yg duduk menemani ibu sedari pagi tadi, terlihat dr wajahnya yg lesu. hehehe...




setelah melepas lelah, kami sempatkan untuk mengabadikan pulau mini yg indah ini dengan camdig can**. Hampir seluruh penjurunya kami 'capture'. Kami pun menelusuri jalan setapak yg menuju 'pantai' kecil di ujung pulau. hmm..'pantai' ini tidak begitu luas, mungkin sekitar 10 meter persegi. dari sini tampak pegunungan meratus yg berselimuti kabut lebat. tampak juga pulau-pulau lain disebarang sana baik yang berpenghuni maupun tidak. entah kenapa masyarakat dsini tidak mendiami semua pulau yang ada, justru mereka lebih memilih pulau2 yang jauh yang jaraknya dr dermaga desa Aranio ditempuh dengan waktu 2-3 jam lebih menggunakan perahu.



mengabadikan gambar...ini tidak boleh terlewat, karen cerita ini bisa dianggap benar jika ada buktinya :D. kami pun tak melewatkannya, segala hal yg kami anggap 'unik' pasti kami mengabadikannya. setelah puas bermain di pantai mini, kami pun bergegas untuk kembali. jalan setapak kami lalui kembali, ya..mau tidak mau karena hanya ini jalan satu2nya. sekali lagi kami mampir di tenda untuk melepas lelah kami (lagi...). melihat kondisi langit yg sepertinya tidak bersahabat, kami pun beranjak kembali ke desa Aranio. Perahu yg kami tumpangi tadi, mengantar kami kembali pulang. diatas perahupun kami tak luput dr pengambilan gambar bak model seraya menikmati pemandangan pinggiran waduk yg diisi dengan hamparan pembudidayaan ikan oleh masyarakat setempat. ada pula beberapa kediaman warga yg terapung diatas air. hmm...sepertinya tidak ada kata "mabuk air" dikamus mereka.

Setelah perahu kami merapat, kami langsung menuju mobil yg diparkir tidak jauh dr dermaga, tp sebelum berangkat kami menikmati 'bakso' yg dijual di emperan jalan. rasa lapar kami datang (lagi....). kami pun melanjutkan perjalanan untuk kembali pulang.

Pemandian.
Sewaktu pergi tadi, kami sempat melihat keramaian di pinggiran jalan. kami hanya mampir sebentar untuk melihat ada apa gerangan disana. ternyata disana ada pemandian. seperti air terjun hanya saja tidak terlalu tinggi dan terlihat seperti tumpukan2 batu yang menghalangi sungai yg mengalir dr waduk Riam Kanan. Nah, setelah pulang dr Pulau Pinus, kami pun mampir. biaya masuk kepemandian itu dikenakan Rp. 2000,- per org. berhubung hari minggu, jd banyak wisatawan lokal yg datang. tempat pemandian yg kecil harus menanggung banyak org. hmm..kami hanya melihat-melihat sampai akhirnya ada ruang untuk kami. ya..seperti biasa, momen ini tidak kami lewatkan untuk mengabadikannya...namun..batre camdig habis, hmm..untung masih ada camdig cadangan yg bermerk Pantech. Belum puas menikmati sejuknya air yg membasahi kaki-kaki kami...langit kembali menampakkan ketidakbersahabatannya, kali ini bukan hanya gertakan. hujanpun turun...dengan derasnya, sontak org2 dipemandian berhamburan untuk mencari tempat berteduh, begitu juga kami yg berlarian menuju mobil yg terparkir lumayan jauh :D.




hmm....
tadi pagi kami kegerahan karena panas, sorenya kami harus kehujanan. Apakah ini pengaruh global warming?? mengingat kalimantan merupakan salah satu target illegal logging...
tanpa terus memikirkan itu kami pun menuju banjarmasin dengan penuh 'keramian' diatas mobil...esok dengan segala kesibukan akan menjumpai kami...insyaAllah dengan itu kami masih diberi umur panjang untuk menikmati keagunganNya yg lain.



ini hasil jepretan pulau pinus saat ptama kali kesana. juga bersama teman2 kost. gambar ini diambil tanggal 20 April 2008.






Samarinda - Tenggarong



Samarinda (Kamis – 02.10.08)
Kota kelahiranku! Itulah kata yang kugambarkan tentang kota Samarinda. Sebagai ibukota provinsi Kalimantan Timur, kota ini didiami oleh multi etnis dari seluruh penjuru nusantara namun kesemuanya memiliki satu aksen yang membedakan masyarakat kota Samarinda dengan masyarakat kota lain.

Lebaran idul fitri lalu, silahturahmi tidak hanya saya lakukan dengan keluarga di Balikpapan saja. Saya juga mengunjungi beberapa keluarga di Samarinda sekaligus mengenang masa laluku di kota tepian ini :D.

Di kota Samarinda saya menyempatkan diri berkunjung ke Kebun Raya Unmul yang merupakan tempat penelitian terutama bidang kehutanan Unmul (Universitas Mulawarman) Samarinda. Dari pusat kota, kurang lebih 20 menit perjalanan yang ditempuh untuk mencapainya. Biaya masuk sebesar Rp. 8000 untuk kendaraan roda dua sudah termasuk 2 orang (Saya kesana hanya menggunakan sepeda motor saja :D).



Kebun Raya ini berisi beraneka ragam flora dan fauna baik asli dari daratan Kalimantan maupun beberapa dari luar Kalimantan. Yang paling menarik pengunjung adalah hewan orang utan. Hanya saja, mereka dalam keadaan terkurung sehingga ‘membebaskan’ manusia untuk sedikit usil terhadap mereka. Banyak pengunjung yang memanfaatkan untuk mengabadikan gambar mereka, ada juga yang memberi makanan manusia kepada mereka bahkan tak jarang ada yang memberi mereka minuman ringan. Hmm… memanusiakan binatang rupanya. Selain orang utan, beberapa jenis primata yang lain juga banyak terdapat disini seperti kera dan lutung. Ada juga hewan khas Kalimantan yaitu beruang madu. berbagai jenis burung dan ikan juga salah satu menjadi daya tarik bagi pengunjung. Rusa, kuda, dan ular juga mendiami kebun raya ini. Beberapa jenis flora yang terdapat dikebun raya ini adalah jenis anggrek, ada anggrek yang terkenal yang bias kita jumpai disini yaitu anggrek bulan yang habitat aslinya hanya terdapat dipedalam hutan Kalimantan.



Jelas terlihat bahwa tempat ini kurang begitu mendapat perhatian. Fasilitas yang kurang nyaman sampai sampah-sampah yang banyak berkeliaran ditempat ini. Kurang tertata dengan baik, kurang mendapat perawatan.

Di kebun raya ini juga terdapat rumah adat dayak atau biasa disebut rumah panggung namun karena alasan sesuatu, rumah ini tidak dapat dimasuki. Kita hanya dapat melihat dari luarnya saja.



Setelah puas melihat beraneka jenis ragam flora dan fauna, kita juga disuguhkan beberapa permainan seperti gokart, dan perahu bebek. Ada juga juga fasilitas bagi mereka yang hobi memancing. Yang paling ramai adalah perahu bebek, terlihat dari antrian pengunjung yang memenuhi loket pembelian karcis. Harga karcisnya 15.000/ perahu/ 20 menit. Karena banyaknya pengunjung, niatku untuk menaiki perahu terpaksa saya urungkan.



Hanya bermodalkan kamera dari HP bermerek Pantech PG6100, beberapa gambar sempat terekam. Setelah mengambil beberapa gambar dan hari juga sudah sore, saya pun meninggalkan kebun raya ini. Tak rugi mengunjungi tempat ini jika kita berada di kota Samarinda, selain suasananya yang asri kita juga bias membayangkan seolah-olah berada didalam hutan.

Tenggarong (Jumat – 03.10.08)
Selain di kota Samarinda, esok harinya bersama dengan keluarga, saya juga menyempatkan berkunjung ke kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kertanegara. Kota yang mengukir sejarah tentang kerajaan kutai kertanegara ini menyimpan berbagai jenis peninggalan sejarah. Dari Samarinda kurang lebih 1 jam waktu yang harus kita tempuh untuk ke kota Tenggarong. Dikota ini terdapat beberapa tempat wisata antara lain monumen Mulawarman dan pulau kumala. Kota ini lebih teratur jika dibandingkan Samarinda. Bila ke Samarinda, sangatlah rugi jika kita tidak mengunjungi Tenggarong.


singgasana Raja Kutai Kertanegara


Jembatan Barito

minggu, 30 maret 2008

Bagi para pengendara yang menuju ke daerah kalimantan tengah yang bertolak dari kalimantan selatan, pasti melewati jembatan ini. Jembatan Barito terletak di daerah Anjir kabupaten barito kuala KalSel.

hari minggu pagi yang panasnya agak begitu membakar kulit tidak menyurutkan keinginan untuk mengunjungi jembatan ini. karena beberapa bulan sebelumnya saya hanya melewatinya, tak singgah untuk menginjakkan kaki atau mengabadikannya.

hanya bermodalkan sepeda motor yang lumayan tua, sy dan seorang penghuni kost-kostan Arjuna mempersiapkan diri menuju kesana. tak ada persiapan khusus, hanya beberapa pengecekan perlengkapan kendaraan. Jarak tempuh dari kost-kostan kami menuju jembatan tidak terlalu lama, hanya membutuhkan sekitar 45 menit saja. wew....

sepeda motor butut pun meluncur...
aungan suara knalpot begitu memekakkan telinga, belum lagi suara yang keluar jika motor di rem. hmm...menambah kebisingan kota banjarmasin saja. untuk menguranginya, sepasang headset menutupi kedua lubang telingaku, merdunya suara lagu yang terdengar mengalahkan kebisingan kota siang itu.


45 menit setelah terjemur diteriknya panas mentari, akhirnya kami tiba di jembatan. kami berhenti diantara pilar-pilar jembatan yang berdiri kokoh sejenak bersembunyi dari cahaya menyengat yang membuat kami gerah. motor kami parkir di tepi trotoar yang berada diatas jembatan. rupanya tak hanya kami, banyak orang yg singgah untuk beristirahat sambil menikmati kekokohan Jembatan yang agak angkuh itu.

setelah puas menikmati suasana diatas jembatan, mengabadikannya dengan kamera unikku (pantech) kami pun beranjak turun dibawah jembatan. di bawah terdapat warung-warung penjaja makanan dan beberapa pondok-pondok tempat peristirahatan. anehnya, suasana dibawah jembatan agak sedikit kumuh dan kurang perawatan. Sepertinya pemerintah setempat tidak lagi memperhatikan kondisi Jembatan. sehingga jembatan tersebut menjadi sepi.

bisa di hitung jari jumlah pengunjung yang datang, ada diantara kami sepasang anak muda yang sedang memadu kasih. Romantis sekali kelihatannya. wew...cuman sayang, tempatnya tidak mendukung untuk menjadikannya sesuatu yang romantis. namanya juga cinta, apapub bisa menjadi indah. Tak lama kami duduk disebuah warung menikmati dinginnya es kelapa muda yang meluluhkan dahaga kami, datang beberapa rombongan bermobil. Bila dilihat jenis mobil yang mereka bawa, sepertinya mereka dari kalangan atas. hmmm...setelah saya hitung, ada sekitar sepuluh mobil. mereka datang beriringan. mereka keluar mobil sambil membawa wadah yang berisi sesuatu. saking penasarannya, saya lalu mendekati mereka dan mencoba menanyakan perihal isi wadah tersebut. ternyata...ribuan anak ikan bersemayam didalamnya. sepertinya mereka sedang melakukan ritual tertentu, Bila dilihat dari tampang-tampangnya, mereka berasal dari suku tionghoa apalagi saat turun seorang yang berpakaian layaknya seorang biksu yang biasa saya lihat di TV. mereka melakukan ritual seperti ini tiap tahun. Mereka melepas ribuan ekor benih ikan ke Sungai Barito. hmm... hanya sebagai rasa syukur mereka terhadap sang pencipta.

hari sudah semakin siang, terik matahari semakin menjadi saja. kamipun bergegas untuk kembali. Tak jauh dari jembatan terdapat semacam gapura yang menyambut kita. "Selamat datang di Jembatan Barito". Dan seperti biasa, kami mengabadikannya.

:)




6 Mei 2008

Masih teringat dibenak kita akan salah satu tayangan pembuka sebelum suatu acara di mulai pada salah stasiun TV swasta kita (RCTI). Terlihat seorang wanita tua yang berada disalah satu pojok dermaga sedang duduk didepan dagangannya. Sesaat setelahnya ia tersenyum sembari mengacungkan jempol kepada kita. Itulah senyum khas orang-orang banjar yang berada dipasar tradisional yang aktifitasnya dilakukan diatas sungai. Pasar terapung tepatnya. Pasar ini sudah menjadi turun temurun bagi warga setempat, tak heran jika banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang datang berkunjung walaupun mereka tak bertransaksi layaknya berada dipasar.

Pagi itu, setelah sholat shubuh saya dan teman-teman penghuni kost-kostan Arjuna berencana kesana. Dengan bermodalkan sebuah mobil rental yang disewa oleh salah satu penghuni kost, ia menyewa bukan lantaran untuk berwisata ke pasar terapung namun karena pekerjaannya yang membutuhkan mobilitas tinggi maklum ia adalah seorang pekerja lapangan layaknya saya. Pada hari minggu dimana aktifitas kami tidak diisi dengan kesibukan kantor yang melelahkan pun menjadi hari yang baik untuk mengunjunginya.

Setelah semuanya berkumpul kamipun dengan segera menuju kesana, maklum pasar tersebut hanya ramai dikala mentari masih sedikit malu untuk menampakkan keangkuhannya. Suasana dingin masih menyelimuti kami namun tak menyurutkan niat kami menjadi wisatawan dipasar terapung.

Perjalanan dari kost-kostan kami hanya ditempuh kurang lebih 25 menit, sepagi ini lalu lalang kendaraan masih sangat sepi sehingga kami dengan leluasa mengendarai sebuah kijang LGX dijalan raya. Lagian lokasi pasar tidak terlalu jauh dari kost-kostan, masih dalam area yang sama, kota Banjarmasin. Sesampainya didermaga yaitu didaerah kuin selatan kami harus menyewa sebuah perahu kelotok yang banyak disediakan oleh warga sekitar, hitung-hitung ini juga menjadi salah satu mata pencarian warga sekitar. Dengan biaya 80 ribu rupiah yang seharusnya masih bisa dapat lebih murah, namun karena negosiasi salah seorang teman kami tidak begitu bagus akhirnya kami menggunakan jasanya. Harga itu untuk sebuah perahu beserta nahkoda kecilnya (kalo kapal besar kan nahkoda, makanya kami menamainya nahkoda kecil) yang membawa kami menuju pasar terapung, pulau kembang dan kembali kedermaga. Tanpa menunggu lagi, kamipun menaiki perahu kelotok dan menuju kepusat keramaian pasar terapung. Perahu kami masih leluasa karena hanya diisi 10 orang termasuk sang nahkoda kecil.

Agak sedikit mengecewakan. Ini yang kami rasakan sesampainya dipusat pasar terapung. Para pelaku utama yang berada dilokasi tidak terlihat begitu menampakkan keramaian, hanya beberapa perahu pedagang saja yang ada, belum lagi konsumen mungkin bisa dihitung jari saja. Bayangan yang ada dibenakku tidak sesuai dengan apa yang indera penglihatan ini rasakan, seperti ada keganjilan disini, tidak seramai tayangan pembuka acara di RCTI, juga tidak seramai gambar yang pernah saya lihat beberapa waktu silam di internet. Tida terlihat keramaian transaksi layaknya sebuah pasar disini. Sepi. “Mungkinkah kedatangan kami terlambat” pikirku. Pikiranku langsung terhambur dikala seorang Ibu dengan perahu kecilnya menabrak perahu kami. Sentak perahu kami bergoyang. Salah seorang teman kami berteriak histeris. Wajar saja, karena dia seorang wanita yang dikagetkan seolah-olah perahu kami akan tenggelam. Ibu yang menabrak kami tersenyum kemudian menyapa dengan aksen khaas banjarnya, kami membalas senyuman itu dengan senyuman khas pagi kami yang masih jelas terlihat muka bantal. Kemudian Ibu itu menawarkan sesuatu barang dagangan kepada kami, ia memperlihatkan semua dagangan yang berada diatas perahu kecilnya. Hmm…beraneka buah-buahan tersedia diperahunya. Namun ada yang unik disini. Ibu itu hanya seorang diri diatas sebuah perahu yang kecil dan nampaknya memang diperuntukkan hanya seorang pengguna saja. Diatas perahu kecil tadi terhampar beraneka ragam buah yang jumlahnya tidak sedikit, memenuhi sudut-sudut perahu yang kosng malah sehingga perahu kecil tadi terlihat penuh. “Ibu ini tidak takut tenggelam?” tanyaku dalam hati. Ibu itupun berlalu setelah melakukan transaksi dengan diperahu kami, ia bergegas menuju perahu wisatawan lainnya. Dan nampaknya ekspresi yang sama juga ditunjukkan oleh orang-orang yang berada diperahu yang dituju Ibu itu.

Setelah menikmati, walaupun kurang memuaskan dipasar terapung ini, kami pun hendak menuju ke suatu pulau yang dekat dengan keamian pasar. Pulau kembang. Namun sebelumnya kami singgah disebuah perahu yang menjajakan wadai (sebutan “kue” bagi masyarakat banjar). Kami menikamti jajanan selayaknya sarapan pagi. Selain kue, adapula bungkusan nasi kuning yang ia jajakan. Dengan penuh canda tawa, kami menikmati kue dan ditemani dengan kopi khas banjar. Disebut khas banjar karena mungkin airnya berasal dari sungai tersebut. Hehehehehehe…

Rasa lapar kami pun terobati, kami pun segera beranjak kepulau kembang. Sekitar 15 menit perjalanan akhirnya perahu kami akan merapat disebuah dermaganya. Ada yang unik dsini…bukannya warga-warga yang menyambut kami melainkan sekumpulan makhluk yang mirip pembaca blog ini (baca: monyet). Hehehehehe…

Monyet-monyet itu berdatangan kearah kami, beberapa dari mereka melompat keatas perahu kami, ia sedang mencari sesuatu dari kami dan sepertinya ia mencari saudaranya yang telah lama hilang dan kini kembali. Rupanya ia mencari makanan, mereka berusaha membuka dan menarik dengan paksa benda-benda yang kami bawa. Pantas saja, sebelum sampai dipulau itu, sang nahkoda kecil mengingatkan kami untuk menjaga barang-barang kami. Awalnya kami pikir dipulau kembang merupakan pusat para komplotan penjahat kelas kakap seperti layaknya pulau nusa kambangan. Ah ternyata…makhluk-makhluk berparas jelek, dekil, dan kurang sopan yang mendiami pulau itu.

Kami pun menuju gerbang masuknya. Sebelum masuk kami harus membeli tiket seharaga Rp. 2500/ org. setelah menyelesaikan urusan administrasi, kamipun beranjak masuk. Dan tentu saja kami disambut makhluk-makhluk rakus.

Pulau kembang bearda ditengah-tengah sungai, areanya tidak begitu luas. Vegetasi yang tumbuh layaknya vegetasi air seperti bakau. Pulau ini didiami oleh monyet-monyet, entah datangnya darimana. Tak ada satupun warga yang tinggal dsini, mereka hanya datang untuk berjualan atau menawarkan jasa sebagai “guide” atau lebih pantas disebut pawang monyet guna menghindari prilaku monyet yang sediki menyebalkan. Didalam pulau ada jalan yang terbuat dari kayu-kayu layaknya jembatan didermaga. Jalannya menyusuri pulau kemabang. Saat melewatinya kita akan banyak menemukan spesies jenis ini, ada yang bergelantungan dipohon, berjalan didepan, samping dan belakang kami seolah-olah bagian dari gerombolan kami. Hanya satu yang mereka tunggu, kenaikan hati kami memberikannya makanan. Warga sekitar menjual kacang yang nantinya kita berikan kepada monyet-monyet. Sepertinya monyet-momyet ini memiliki ketergantungan kepada pengunjung. Jelas nampak beberapa dari mereka yang hanya bermalas-malasan dan melakukan kebiasaanya. Mencari kutu dan bila dapat sesegera mungkin memasukkannya kedalam mulut sebelum monyet lain merampasnya. Terlihat didepan kami seorang wanita muda yang berteriak histeris karena dikeroyok segerombolan monyet tidak bertanggung jawab, berusaha merebut makanan yang tergenggam ditangannya. Sontak ia melepaskan makanan tersebut dan menjadi bahan rebutan monyet-monyet yang sedari tadi mengintainya. Sungguh terlalu…

Dipulau ini terdapat sebuah patung yang sangat mirip dengan salah seorang teman kami (sori ya Jokz, ini kenyataan yang tak harus ditutup-tutupi, hehehehe :Peace:) yang tak lain juga adalah salah satu tokoh dipewayangan. HANOMAN. Wew…patungnya sangat tidak terawat. Didekat patung ada seorang lelaki tua yang menjual jasa memanjatkan doa kepadaNya melalui perantara sang patung. Tampak juga sebuah bangunan persegi yang nampak seperti kuburan. Mungkin ini adalah sebuah kuburan seorang leluhur atau seekor leluhur J.

Bila anda ingin berfoto dengan segerombolan monyet tidaklah susah, anda cukup menaburi kacang disekujur tubuh, sontak monyet-monyet akan mengerubuni anda layaknya serang bintang yg dihampiri para fans untuk meminta tanda tangan. Namun hal itu tidak kami lakukan, melihat kondisi monyet-monyet yang terlihat dekil dan bau.

Puas bercengkrama dengan para monyet dan haripun mulai beranjak naik dimana matahari sudah menampakkan keangkuhannya. Kamipun meningglkan pulau kembang dan menuju pulang. Kenangan-kenangan di pasar terapung dan pasar kembang sudah tentu terabadikan melalu gambar yang diambil dari “lagi-lagi” kamera HPku yang sakral, Pantech.

Waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi saat kami tiba dikost-kostan. Masih pagi memang yang menandakan kami harus melajutkan mimpi indah kami semalam. Saya pun harus melanjutkan, maklum semalam durasi bemimpiku hanya beberapa jam saja yang sangat tidak dianjurkan oleh para dokter, tidur cukup. Aku membaringkan badan ini yang sedikt lelah akibat ulah para monyet.

Postingan Lama